Afiq:
“Abi… saya baca satu rumusan di FB tulisan Fathi Aris Omar. Katanya sumbu jurang kaya-miskin dibiarkan menganga, algoritma media sosial jadi api, dan minyaknya pemimpin cuai ditambah rakyat tak waras… negara boleh terbakar.”
Aiman:
“Macam bisul, Abi. Dibiarkan, bernanah. Tapi siapa nak bedah?”
Nur:
“Kadang kita pun jadi minyaknya, bila kita ulang, kongsi, percaya tanpa fikir.”
Pak Ari:
(menghela nafas, memandang jauh)
“Betul. Kalau kita biar sumbu itu panjang, api itu akan cari minyaknya sendiri. Tapi Al-Fatihah ajar kita satu doa yang tak pernah lapuk…”
(Pak Ari buka mushaf kecil, anak-anak mendekat)
“Ihdinas-siratal-mustaqim…”Kata Pak Hamka, ayat ini bukan sekadar minta jalan lurus. Ia minta empat perkara:
1. Al-Irsyad – kecerdikan dan kecerdasan, supaya kita tahu mana benar, mana tipu.
2. At-Taufiq – supaya kita selari dengan kehendak Tuhan, bukan kehendak nafsu.
3. Al-Ilham – agar kita diberi ilham bila jalan jadi gelap dan sukar.
4. Ad-Dilalah – tanda-tanda di tepi jalan, supaya kita tahu mana bahaya, mana selamat.
Nur:
“Macam papan tanda di jalan kampung. Kalau kita tak peduli, kita masuk parit.”
Pak Ari:
(tersenyum)
“Dan kalau kita tak ajar anak-anak baca tanda-tanda itu… kita bukan merdeka, kita sesat dalam terang.”
“Merdeka bukan bila kita bebas buat apa saja—tapi bila kita tahu apa yang tak patut dibuat.” Pak Ari
No comments:
Post a Comment