Menurut Ibn Qayyim al Jawziyah,
memandang dan memperhatikan tanda-tanda kekuasaan Allah ada dua cara :
Pertama, melihat dengan mata
kepala; misalnya melihat birunya langit, bintang-bintangnya, tinggi dan
luasnya. Ini adalah perhatian yang sama di antara manusia dan haiwan. Dan,
bukan ini yang diperintahkan oleh Allah SWT.
Kedua, melihat dengan mata hati
(bashirah). Ia menyaksikan keluasanNya, keagunganNya, kebesaranNya, dan
ketinggianNya.
Bashirah manusia dalam mencari cahaya yang cemerlang ini
sepatutnya mengintisari/mendefinisikan alam, merupakan ciri-ciri manusia istimewa. Mereka adalah para pemilik
bashirah tajam yang menyaksikan nur (cahaya) yang terang ini. Mereka memiliki
keyakinan dan bashirah terhadap keindahan dan kesempurnaan nur ini. Seandainya
lawan dari nur ini dipaparkan ke akal mereka, pasti mereka melihatnya seperti
malam yang gelap gelita, hitamnya.
Amat rugilah orang-orang yang tidak memiliki Bashirah; mengikuti orang yang memimpin dan menemani mereka saja, seperti kata Ali
bin Abi Thalib, seterusnya :
"Mereka mengikuti setiap
suara panggilan, menuruti semua teriakan orang. Mereka tidak bersuluh dengan
cahaya ilmu, dan tidak bersandar ke tiang yang kukuh."
Ibnu Abbas berkata, "(Ertinya ulil aydy) adalah punya kekuatan dalam ketaatan kepada Allah SWT, dan (erti ulil abshaar) adalah punya pengetahuan tentang perintah Allah SWT." Qatadah dan Mujahid pula berkata, "Mereka diberi kekuatan dalam ibadah dan pandangan yang tajam tentang agama." Merekalah ulul albab yang dikhususkan oleh Allah SWT dalam kitab-Nya dengan kitab tanbih dan irsyad. Dan, kepada merekalah sebenarnya tazkirah ditujukan.
Ibnu Abbas berkata, "(Ertinya ulil aydy) adalah punya kekuatan dalam ketaatan kepada Allah SWT, dan (erti ulil abshaar) adalah punya pengetahuan tentang perintah Allah SWT." Qatadah dan Mujahid pula berkata, "Mereka diberi kekuatan dalam ibadah dan pandangan yang tajam tentang agama." Merekalah ulul albab yang dikhususkan oleh Allah SWT dalam kitab-Nya dengan kitab tanbih dan irsyad. Dan, kepada merekalah sebenarnya tazkirah ditujukan.
Allah SWT berfirman,
"Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran
(tazkirah)." (az-Zumar: 9).
Musafir adalah satu bentuk
tazkirah kehidupan yang seharusnya dijadikan manfaat sebaik-baiknya. Ukuran
keberkesanan musafirnya seseorang insan itu ialah apabila musafirnya lebih
mendekatkan dirinya kepada Allah SWT.
Misi musafir MBM ini diteruskan
lagi di Istanbul, Turki. Turki tidak mengalami sebarang peperangan dan konflik
yang besar, hanya penentangan secara aman kaum Kurdis yang barada di Timur Laut
Turki (bersempadanan dengan Syria). Namun begitu, Turki banyak memainkan
peranannya dalam soal keamanan sejagat dan bantuan kemanusiaan di negara-negara
yang bergolak, terutamanya untuk situasi terkini di Gaza dan Syria.
No comments:
Post a Comment