Dari Bolvadin, 4 jam masa yang diperlukan untuk sampai ke Isparta dan 5 jam lagi untuk ke Konya dari Isparta. Sesungguhnya ini merupakan satu perjalanan yang amat memenatkan. 9 jam inilah yang saya habiskan untuk menikmati keindahan luar bandar Turki. Menurut Ibn Qayyim al Jawziyah, memandang dan memperhatikan tanda-tanda kekuasaan Allah ada dua cara :
Pertama, melihat dengan mata kepala; misalnya melihat birunya langit, bintang-bintangnya, tinggi dan luasnya. Ini adalah perhatian yang sama di antara manusia dan haiwan. Dan, bukan ini yang diperintahkan oleh Allah SWT.
Kedua, melihat dengan mata hati (bashirah). Ia menyaksikan keluasanNya, keagunganNya, kebesaranNya, dan ketinggianNya.
Pertama: orang yang tidak memiliki bashirah iman sama sekali. Dia hanya melihat kegelapan, petir, dan kilat. Dia meletakkan dua jarinya di telinganya karena takut kepada suara petir, dan meletakkan tangan di matanya karena takut melihat kilat, khuatir akan membutakan matanya. Pandangannya tidak menjangkau apa yang ada di balik itu semua, seperti rahmat dan sebab-sebab kehidupan yang abadi. Orang seperti kelompok pertama ini adalah orang yang menutup mata terhadap agama. Dia tidak menerima agama Allah SWT yang diturunkan untuk hamba-hambaNya meskipun dia telah mendengar, menyaksikan dan menerima semua ayat-ayatNya, mahupun risalah daripada pesuruh-pesuruhNya.
Kedua: para pemilik bashirah yang lemah, yang pandangan mereka kepada cahaya ini seperti pandangan kelawar terhadap cahaya matahari. Mereka mengikuti nenek moyang mereka. Agamanya adalah agama adat dan lingkungan tempat mereka berada. Mereka inilah yang dimaksud oleh Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib dengan ucapannya,
"Atau orang yang tunduk kepada kebenaran, tapi tidak punya bashirah untuk memilih kebenaran itu."
Ketiga: yakni mengintisari/mendefinisikan alam, manusia istimewa. Mereka adalah para pemilik bashirah tajam yang menyaksikan nur (cahaya) yang terang ini. Mereka memiliki keyakinan dan bashirah terhadap keindahan dan kesempurnaan nur ini. Seandainya lawan dari nur ini dipaparkan ke akal mereka, pasti mereka melihatnya seperti malam yang gelap gelita, hitamnya.
Inilah inti perbezaan antara mereka dengan kelompok sebelumnya.
Orang-orang (dari golongan kedua) itu mengikuti orang yang memimpin dan menemani mereka saja, seperti kata Ali bin Abi Thalib, seterusnya :
"Mereka mengikuti setiap suara panggilan, menuruti semua teriakan orang. Mereka tidak bersuluh dengan cahaya ilmu, dan tidak bersandar ke tiang yang kukuh."
Ini tanda orang yang tidak memiliki bashirah. Kita melihat dia menyukai sesuatu, tetpai pada msa yang sama, juga menyukai lawannya. Dia memuji sesuatu, tapi kekadang juga memakinya, jika dilitupi oleh luaran yang tidak dikenalinya. Dia mengagungkan ketaatan kepada Rasul saw. dan memandang pelanggaran ajaran beliau sebagai dosa besar, tapi dia sendiri tergolong orang yang paling menentang ajaran tersebut, dan di sesetengah keadaan, paling keras memusuhi orang yang mengamalkan sunnahnya. Ini karena dia tidak memiliki bashirah.
Berbeza halnya dengan orang dari kelompok ketiga ini, amal mereka berlandaskan bashirah. Dengan perbezaan bashirah itulah kemuliaan mereka meningkat, seperti kata seorang salaf ketika cuba mengkaji generasi silam, "Itu hanya karena mereka beramal dengan dasar bashirah."
Seseorang tidak pernah mendapat kurnia lebih afdhal dari bashirah (pengetahuan yang dalam) tentang agama Allah SWT, meskipun dia beramal sekadarnya. Allah SWT berfirman,
"Dan ingatlah hamba-hamba Kami; Ibrahim, Ishak dan Yaaqub yang mempunyai perbuatan-perbuatan yang besar dan ilmu-ilmu yang tinggi." (Shaad: 45)
Ibnu Abbas berkata, "(Ertinya ulil aydy) adalah punya kekuatan dalam ketaatan kepada Allah SWT, dan (erti ulil abshaar) adalah punya pengetahuan tentang perintah Allah SWT." Qatadah dan Mujahid pula berkata, "Mereka diberi kekuatan dalam ibadah dan pandangan yang tajam tentang agama." Merekalah ulul albab yang dikhususkan oleh Allah SWT dalam kitab-Nya dengan kitab tanbih dan irsyad. Dan, kepada merekalah sebenarnya tazkirah ditujukan.
Allah SWT berfirman, "Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran (tazkirah)." (az-Zumar: 9).
No comments:
Post a Comment