Di pentas agung, sang Squealer berdiri,
Dengan jas megah dan lidah berseni,
Katanya: “PBB itu korup dan tak berguna,”
Padahal cermin retak itu wajahnya sendiri.
“Usir pendatang, tutup sempadan!”
Jeritnya lantang, penuh kebanggaan,
Sambil menuduh Syariah mahu berkuasa,
Di kota London yang tak pernah minta jasa.
Sadiq Khan jadi umpan retorik,
Islam dijadikan kambing hitam politik,
Katanya: “Kami bela kebebasan!”
Tapi hanya untuk kulit dan pasport pilihan.
Newspeak pun beraksi, kata jadi senjata,
“Pelarian itu ancaman, bukan manusia biasa.”
Doublethink menari di layar diplomasi,
Hak asasi diseru, sambil pintu ditutup rapi.
Squealer tersenyum dari Animal Farm,
“Semua haiwan sama, tapi kami lebih charm.”
Ellul mengangguk dari bilik sunyi,
“Propaganda bukan iklan, tapi ekosistem yang disuci.”
Islamofobia bukan sekadar benci,
Ia sistem yang dijaga rapi,
Dari media, dasar, hingga silibus sekolah,
Islam dibingkai sebagai ancaman yang salah.
Berbeza dari anti-Semitisme yang dikutuk dunia,
Islamofobia masih dijual tanpa rasa bersalah,
Satu dibela dengan memorial dan undang-undang,
Satu lagi dibiar jadi bahan retorik yang murahan.
Malaysia, jangan jadi boneka geopolitik,
Di kiri ada BRICS, di kanan ada retorik,
Di tengah ada rakyat yang mahu hidup damai,
Tanpa propaganda yang membakar semangat yang tenang.
Jalan tengah bukan jalan mudah,
Tapi jalan yang berjiwa merdeka dan berakal siasah,
Bukan tunduk, bukan melawan membuta tuli,
Tetapi berdiri dengan hikmah, seni dan hati.
Puisi Pak Ari - 24 September 2025
No comments:
Post a Comment